Di sini yang pertama-tama akan
dijelaskan secara umum adalah pengertian pandangan hidup secara umum.
a) Pengertian umum
Cara manusia memandang dan mensikapi
apa yang terdapat dalam alam semesta bersumber dari beberapa faktor yang
dominan dalam kehidupannya. Faktor itu boleh jadi berasal dari kebudayaan,
filsafat, agama, kepercayaan, tata nilai masyarakat atau lainnya. Luasnya spektrum
pandangan manusia tergantung kepada faktor dominan yang mempengaruhinya. Cara
pandang yang bersumber pada kebudayaan memiliki spektrum yang terbatas pada
bidang-bidang tertentu dalam kebudayaan itu. Cara pandang yang berasal dari
agama dan kepercayaan akan mencakup bidang-bidang yang menjadi bagian konsep
kepercayaan agama itu. Ada yang hanya terbatas pada kesini-kinian, ada yang
terbatas pada dunia fisik, ada pula yang menjangkau dunia metafisika atau alam
diluar kehidupan dunia. Terma yang dipakai secara umum untuk cara pandang ini
dalam bahasa Inggeris adalah worldview (pandangan hidup) atau dalam bahasa
Jerman adalah weltanschauung (filsafat hidup) atau weltansicht (pandangan
dunia).
Sebenarnya isitlah umum dari
worldview hanya terbatas pada pengertian ideologis, sekuler, kepercayaan
animistis, atau seperangkat doktrin-doktrin teologis dalam kaitannya dengan
visi keduniaan. Artinya worldview dipakai untuk menggambarkan dan membedakan
hakekat sesuatu agama, peradaban atau kepercayaan. Terkadang ia juga digunakan
sebagai metode pendekatan ilmu perbandingan agama.Namun terdapat agama dan
peradaban yang memiliki spectrum pandangan yang lebih luas dari sekedar visi
keduniaan maka makna pandangan hidup diperluas. Karena dalam kosa kata bahasa
Inggeris tidak terdapat istilah yang tepat untuk mengekspresikan visi yang
lebih luas dari sekedar realitas keduniaan selain dari kata-kata worldview,
maka cendekiawan Muslim mengambil kata-kata worldview (untuk ekspressi bahasa
Inggeris) untuk makna pandangan hidup yang spektrumnya menjangkau realitas
keduniaan dan keakheratan dengan menambah kata sifat Islam. Namun dalam bahasa
Islam para ulama mengekspresikan konsep ini dengan istilah yang khas yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Seperti yang akan dijelaskan nanti
terdapat perbedaan penekanan antara Sayyid Qutb, Shaykh Atif al-Zayn,
al-Maududi, Syed Naquib al-Attas.
Karena pandangan hidup adalah suatu
konsep yang dapat digunakan untuk menggambarkan cara pandang manusia secara
umum tanpa melihat bangsa atau agama maka beberapa definisi tentang worldview
yang juga menggambarkan luas dan sempitnya spektrumnya dapat dikemukanan
disini:
Menurut Ninian Smart worldview
adalah kepercayaan, perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang
befungsi sebagai motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral”
Hampir serupa dengan Smart, Thomas F Wall mengemukakan bahwa worldview adalah
sistim kepercayaan asas yang integral tentang hakekat diri kita, realitas, dan
tentang makna eksistensi (An integrated system of basic beliefs about the
nature of yourself, reality, and the meaning of existence).
Lebih luas dari kedua definisi
diatas Prof.Alparslan mengartikan worldview sebagai asas bagi setiap perilaku
manusia, termasuk aktifitas-aktifitas ilmiyah dan teknologi. Setiap aktifitas
manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dalam pengertian
itu maka aktifitas manusia dapat direduksi menjadi pandangan hidup. (the
foundation of all human conduct, including scientific and technological activities.
Every human activity is ultimately traceable to its worldview, and as such it
is reducible to that worldview.
Ada tiga poin penting dari definisi
diatas, yaitu bahwa worldview adalah motor bagi perubahan sosial, asas bagi
pemahaman realitas dan asas bagi aktifitas ilmiah. Dalam konteks sains, hakekat
worldview dapat dikaitkan dengan konsep “perubahan paradigma” (Paradigm Shift)
Thomas S Kuhn yang oleh Edwin Hung juga dianggap sebagai weltanschauung
Revolution. Sebab paradigma menyediakan konsep nilai, standar-standar dan
metodologi-metodologi, atau ringkasnya merupakan worldview dan framework
konseptual yang diperlukan untuk kajian sains. Namun dari definisi diatas
setidaknya kita dapat memahami bahwa worldview adalah identitas untuk
membedakan antara suatu peradaban dengan yang lain. Bahkan dari dua definisi
terakhir menunjukkan bahwa worldview melibatkan aktifitas epistemologis
manusia, sebab ia merupakan faktor penting dalam aktifitis penalaran manusia.
Ketiga definisi diatas berlaku bagi
peradaban atau agama secara umum. Namun definisi untuk Islam mempunyai nilai
tambah karena sumbernya dan spektrumnya yang luas dan menyeluruh. Sebagai
contoh akan disampaikan definisi worldview Islam oleh beberapa tokoh ulama
kontemporer.
b) Pengertian dalam Islam
Dalam tradisi Islam klasik terma
khusus untuk pengertian worldview belum diketahui, meski tidak berarti Islam
tidak memiliki worldview. Para ulama abad 20 menggunakan terma khusus untuk
pengertian worldview ini, meskipun berbeda antara satu dengan yang lain. Maulana
al-Mawdudi mengistilahkannya dengan Islami nazariat (Islamic Vision), Sayyid
Qutb menggunakan istilah al-Tasawwur al-Islamy (Islamic Vision), Mohammad Ashif
al-Zayn menyebutnya al-Mabda’ al-Islamy (Islamic Principle), Prof. Syed Naquib
al-Attas menamakannya Ru’yatul Islam lil wujud (Islamic Worldview). Meskipun
istilah yang dipakai berbeda-beda pada umumnya para ulama tersebut sepakat
bahwa Islam mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap segala sesuatu.
Penggunaan kata sifat Islam menunjukkan bahwa istilah ini sejatinya adalah
netral. Artinya agama dan peradaban lain juga mempunyai Worldview, Vision atau
Mabda’, sehingga al-Mabda’ juga dapat dipakai untuk cara pandang komunis
al-Mabda’ al-Shuyu’i, Western worldview, Christian worldview, Hindu worldview
dll. Maka dari itu ketika kata sifat Islam diletakkan didepan kata worldview,
Vision atau Mabda’ maka makna etimologis dan terminologis menjadi berubah.
Penjelasan dari istilah menunjukkan akan hal itu:
Manurut al-Mauwdudi, yang dimaksud
Islami Nazariyat (worldview) adalah pandangan hidup yang dimulai dari konsep
keesaan Tuhan (shahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan
manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pernyataan moral yang mendorong manusia
untuk melaksanakannya dalam kehidupannya secara menyeluruh.
Shaykh Atif al-Zayn mengartikan
mabda’ sebagai aqidah fikriyyah (kepercayaan yang rasional) yang berdasarkan
pada akal. Sebab setiap Muslim wajib beriman kepada hakekat wujud Allah,
kenabian Muhammad saw, dan kepada al-Qur’an dengan akal. Iman kepada hal-hal
yang ghaib itu berdasarkan cara penginderaan yang diteguhkan oleh akal sehingga
tidak dapat dipungkiri lagi. Iman kepada Islam sebagai Din yang diturunkan
melalu Nabi Muhammad saw untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dengan
dirinya dan lainnya.
Sayyid Qutb mengartikan al-tasawwur
al-Islami, sebagai akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran
dan hati setiap Muslim, yang memberi gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa
yang terdapat dibalik itu.
Bagi Naquib al-Attas worldview Islam
adalah pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata
hati kita dan yang menjelaskan hakekat wujud; oleh karena apa yang dipancarkan
Islam adalah wujud yang total maka worldview Islam berarti pandangan Islam
tentang wujud (ru’yaat al-Islam lil-wujud).
Pandangan-pandangan diatas telah cukup baik menggambarkan karakter Islam sebagai suatu pandangan hidup yang membedakannya dengan pandangan hidup lain. Namun, jika kita kaji keseluruhan pemikiran dibalik definisi para ulama tersebut kita dapat beberapa orientasi yang berbeda. Al-Maududi lebih mengarahkan kepada kekuasaan Tuhan yang mewarnai segala aktifitas kehidupan manusia, yang berimplikasi politik. Shaykh Atif al-Zayn dan Sayyid Qutb lebih cenderung mamahaminya sebagai seperangkat doktrin kepercayaan yang rasional yang implikasnya adalah ideologi. Naquib al-Attas lebih cenderung kepada makna metafisis dan epistemologis.
Pandangan-pandangan diatas telah cukup baik menggambarkan karakter Islam sebagai suatu pandangan hidup yang membedakannya dengan pandangan hidup lain. Namun, jika kita kaji keseluruhan pemikiran dibalik definisi para ulama tersebut kita dapat beberapa orientasi yang berbeda. Al-Maududi lebih mengarahkan kepada kekuasaan Tuhan yang mewarnai segala aktifitas kehidupan manusia, yang berimplikasi politik. Shaykh Atif al-Zayn dan Sayyid Qutb lebih cenderung mamahaminya sebagai seperangkat doktrin kepercayaan yang rasional yang implikasnya adalah ideologi. Naquib al-Attas lebih cenderung kepada makna metafisis dan epistemologis.
http://hamidfahmy.com/pandangan-hidup-islam-islamic-worldview/