MUQADDIMAH
Dalam kajian ilmu sejarah, tentang
masuknya Islam di Indonesia masih “debatable”. Oleh karena itu perlu ada
penjelasan lebih dahulu tentang pengertian “masuk”, antara lain:
- Dalam
arti sentuhan (ada hubungan dan ada pemukiman Muslim).
- Dalam
arti sudah berkembang adanya komunitas masyarakat Islam.
- Dalam
arti sudah berdiri Islamic State (Negara/kerajaan Islam).
Selain itu juga masing-masing pendapat
menggunakan berbagai sumber, baik dari arkeologi, beberapa tulisan dari sumber
barat, dan timur. Disamping juga berkembang dari sudut pandang Eropa Sentrisme
dan Indonesia Sentrisme.
Beberapa
Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.
- Islam
Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
- Seminar
masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan
perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat
utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648
diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
- Dari
Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa
kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh
para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke
China.
- Dari
Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya
menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia,
dan Malaya antara tahun 606-699 M.
- Prof.
Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of
Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya
mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia
pada 672 M.
- Prof.
Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan
bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
- Prof.
S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay berjudul Islam di
India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber
tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada
hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.
- W.P.
Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From
Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan
adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih =
Arab Muslim).
- T.W.
Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of
The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia
pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
- Islam
Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
- Satu-satunya
sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar,
Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam
itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan
1082)
- Islam
Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
- Catatan
perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam
Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.
- K.F.H.
van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase
(mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
- J.P.
Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk
Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke 13.
- Beberapa
sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih
cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13,
berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia.
Siapakah
Pembawa Islam ke Indonesia?
Sebelum
pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah terdapat kontak-kontak
dagang, baik dari Arab, Persia, India dan China. Islam secara akomodatif,
akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya pengaruh di arab, Persia, India dan
China. Melalui perdagangan itulah Islam masuk ke kawasan Indonesia. Dengan
demikian bangsa Arab, Persia, India dan china punya nadil melancarkan
perkembangan islam di kawasan Indonesia.
Gujarat
(India)
Pedagang
islam dari Gujarat, menyebarkan Islam dengan bukti-bukti antar lain:
- ukiran
batu nisan gaya Gujarat.
- Adat
istiadat dan budaya India islam.
Persia
Para
pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti antar lain:
- Gelar
“Syah” bagi raja-raja di Indonesia.
- Pengaruh
aliran “Wihdatul Wujud” (Syeh Siti Jenar).
- Pengaruh
madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen).
Arab
Para
pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai kepulauan Indonesia, dengan bukti
antara lain:
- Menurut
al Mas’udi pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas Arab dari Oman,
Hidramaut, Basrah, dan Bahrein untuk menyebarkan islam di lingkungannya,
sekitar Sumatra, Jawa, dan Malaka.
- munculnya
nama “kampong Arab” dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat, yang banyak
mengenalkan islam.
China
Para
pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho/Dampo awan ?),
mengenalkan islam di pantai dan pedalaman Jawa dan sumatera, dengan bukti antar
lain :
- Gedung
Batu di semarang (masjid gaya China).
- Beberapa
makam China muslim.
- Beberapa
wali yang dimungkinkan keturunan China.
Dari
beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya menggunakan
pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan social yang
penuh toleransi (Umar kayam:1989)
Proses
Awal Penyebaran Islam di Indonesia
1. Perdagangan dan Perkawinan
Dengan
menunggu angina muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan dengan penduduk
asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi social yang menghantarkan Islam
berkembang (masyarakat Islam).
2. Pembentukan masyarakat Islam dari
tingkat ‘bawah’ dari rakyat lapisan bawah, kemudian berpengaruh ke kaum
birokrat (J.C. Van Leur).
3. Gerakan Dakwah, melalui dua jalur
yaitau:
a. Ulama keliling menyebarkan agama Islam
(dengan pendekatan Akulturasi dan Sinkretisasi/lambing-lambang budaya).
b. Pendidikan pesantren (ngasu ilmu/perigi/sumur),
melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai sebagai pemimpin, dan
santri sebagai murid.
Dari
ketiga model perkembangan Islam itu, secara relitas Islam sangat diminati dan
cepat berkembang di Indonesia. Meskipun demikian, intensitas pemahaman dan
aktualisasi keberagman islam bervariasi menurut kemampuan masyarakat dalam
mencernanya.
Ditemukan
dalam sejarah, bahwa komunitas pesantrean lebih intens keberagamannya, dan
memiliki hubungan komunikasi “ukhuwah” (persaudaraan/ikatan darah dan agama)
yang kuat. Proses terjadinya hubungan “ukhuwah” itu menunjukkan bahwa dunia
pesantren memiliki komunikasi dan kemudian menjadi tulang punggung dalam
melawan colonial.
Pembahasan 2:
Islam merupakan salah satu agama besar di
dunia saat ini. Agama ini lahir dan berkembang di Tanah Arab. Pendirinya ialah Muhammad. Agama
ini lahir salah satunya sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat
itu. Manusia pada saat itu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan kebodohan
(jahiliah). Mereka sudah tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi
sebelumnya. Hal itu menyebabkan manusia berada pada titik terendah. Penyembahan
berhala, pembunuhan, perzinahan, dan tindakan rendah lainnya merajalela.
Islam mulai disiarkan sekitar tahun 612 di Mekkah. Karena
penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya, Muhammad
kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah Islam
berkembang ke seluruh dunia.
Muhammad mendirikan wilayah kekuasaannya di Madinah.
Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam. Muhammad kemudian berusaha
menyebarluaskan Islam dengan memperluas wilayahnya.
Setelah Muhammad wafat pada tahun 632, proses menyebarluaskan
Islam dilanjutkan oleh para kalifah yang ditunjuk Muhammad.
Sampai tahun 750, wilayah Islam telah meliputi Jazirah Arab,
Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia, Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia
Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah-daerah
di Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibu
kota Damaskus.
Pada tahun 750, Bani Umayyah dikalahkan oleh Bani Abbasiyah yang
kemudian memerintah sampai tahun 1258 dengan ibu kota di Baghdad. Pada masa
ini, tidak banyak dilakukan perluasan wilayah kekuasaan. Konsentrasi lebih pada
pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam. Baghdad menjadi
pusat perdagangan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Setelah pemerintahan Bani Abbasiyah, kekuasaan Islam terpecah.
Perpecahan ini mengakibatkan banyak wilayah yang memisahkan diri. Akibatnya,
penyebaran Islam dilakukan secara perorangan. Agama ini dapat berkembang dengan
cepat karena Islam mengatur hubungan manusia dan TUHAN. Islam disebarluaskan
tanpa paksaan kepada setiap orang untuk memeluknya.
Sejarah mencatat bahwa
kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran agama dan kebudayaan
Islam. Letak Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya bandarbandar
perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran tersebut. Di samping
itu, cara lain yang turut berperan ialah melalui dakwah yang dilakukan para
mubaligh.
a. Peranan Kaum Pedagang
Seperti halnya penyebaran agama Hindu-Buddha, kaum pedagang
memegang
Para pedagang itu datang
dan berdagang di
pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat transit para
pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka seperti Perlak dan
Samudra Pasai juga didatangi para pedagang.
Mereka tinggal di
tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya angin
musim. Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran antarpedagang dari berbagai
bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan
hanya melakukan perdagangan, bahkan juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.
Di antara para pedagang
tersebut, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang umumnya beragama
Islam. Mereka mengenalkan agama dan budaya Islam
kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada
penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama Islam
makin banyak. Bahkan kemudian berkembang perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir.
Penduduk setempat yang
telah memeluk agama Islam kemudian menyebarkan Islam kepada sesama pedagang,
juga kepada sanak familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat Indonesia.
Di samping itu para pedagang dan pelayar tersebut juga ada yang menikah dengan
penduduk setempat sehingga lahirlah keluarga dan anak-anak yang Islam.
Hal ini berlangsung terus
selama bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah komunitas Islam, yang
setelah kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir
kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
b. Peranan Bandar-Bandar di Indonesia
Bandar merupakan tempat
berlabuh kapal-kapal atau persinggahan kapal-kapal dagang.
Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan sebagai tempat
tinggal para pengusaha perkapalan. Sebagai
negara kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan internasional, Indonesia
memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini memiliki peranan dan arti yang
penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.
Di bandar-bandar inilah
para pedagang beragama Islam memperkenalkan Islam kepada para pedagang lain
ataupun kepada penduduk setempat. Dengan demikian, bandar menjadi pintu masuk
dan pusat penyebaran agama Islam ke Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota pusat
kerajaan yang bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara
sungai.
Dalam perkembangannya,
bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh menjadi kota bahkan
ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai, Palembang, Banten,
Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa,
Ternate, dan Tidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk agama Islam.
Akibatnya, rakyatnya pun kemudian banyak memeluk agama Islam.
Peranan bandar-bandar
sebagai pusat perdagangan dapat kita lihat jejaknya. Para pedagang di dalam
kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yang penempatannya ditentukan atas
persetujuan dari penguasa kota tersebut, misalnya di Aceh, terdapat
perkampungan orang Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab, dan Pegu.
Begitu juga di Banten dan
kota-kota pasar kerajaan lainnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kota-kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam memiliki ciri-ciri yang
hampir sama antara lain letaknya di pesisir, ada pasar, ada masjid, ada
perkampungan, dan ada tempat para penguasa (sultan).
c. Peranan Para Wali dan Ulama
Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah
dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga
berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang
dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara
para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan
sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis
budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu,
para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan
Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran
agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah
mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini
dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas
sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan
kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang
dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut.
(1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama
datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik.
Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
(2) Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel,
Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
(3) Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di
sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
(4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel.
Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
(5) Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang.
Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof.
Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
(6) Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu
Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode
bermain.
(7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa
Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
(8) Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng
Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat
dengan rakyat jelata.
(9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di
Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
3. Kapan dan dari mana Islam Masuk Indonesia
Sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari
India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia. Namun
demikian, kapan tepatnya Islam hadir di Nusantara?
Masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan berbagai teori.
Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia,
banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada
abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa
pada abad ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros,
daerah pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13 Masehi lebih
menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan
Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292
dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam.
Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan
makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297.
Jika diurutkan dari barat
ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini
menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut
perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan
Samudra Pasai.
Di Jawa, Islam masuk
melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah
binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi
di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan
Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping
itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di
Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di
Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun
1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
Di Kalimantan, Islam masuk
melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif
Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan
Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam
tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad
ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya
Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk
melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari
Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di
Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh
Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti
kedatangan Islam
ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434
M.
Di Sulawesi, Islam masuk
melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini
tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang
memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam
pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak,
Tuban, Gresik,
Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian utara,
yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini
disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh
Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.